Debat Pilgub Jateng: Filosofi Jawa Memanas di Tengah Visi Modernisasi Budaya

    Debat Pilgub Jateng: Filosofi Jawa Memanas di Tengah Visi Modernisasi Budaya
    Debat Ketiga Pilgub Jateng (Foto:Tangkapan layar KPU Jateng)

    SEMARANG - Segmen kelima Debat Pilgub Jawa Tengah 2024 yang berlangsung Rabu malam (20/11/2024) di Muladi Dome, Universitas Diponegoro, Semarang, memunculkan perdebatan sengit mengenai relevansi filosofi Jawa dalam strategi kepemimpinan masa depan. Calon gubernur nomor urut 02, Ahmad Luthfi, dengan lantang mempertanyakan penerapan nilai-nilai budaya Jawa oleh cagub nomor urut 01, Andika Perkasa, terutama terkait filosofi gemah ripah lohjinawi dan tata tentrem kerta raharja.  

    Luthfi mengingatkan bahwa filosofi tersebut merupakan warisan luhur yang menjadi panduan kepemimpinan Jawa sejak masa kerajaan Wangsa Sailendra, Kalingga, hingga Demak.

    “Yang kami tanyakan adalah Jowone Jowo. Filosofi ini mengajarkan gotong royong, toleransi, dan kesejahteraan yang harus menjadi dasar pembangunan di Jawa Tengah, ” ujar Luthfi dengan tegas.  

    Andika: Budaya Harus Berdampak pada Ekonomi  

    Menanggapi hal tersebut, Andika menekankan pentingnya menyesuaikan kebijakan budaya dengan kebutuhan zaman. Ia mengacu pada Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK) sebagai acuan utama dalam mengembangkan kebijakan berbasis budaya.  

    “Kebudayaan harus berdampak nyata pada ekonomi. Kita perlu mendorong sektor ekonomi budaya, seperti yang dilakukan Yogyakarta, agar potensi budaya dapat menghasilkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, peran swasta sangat penting, dan pemerintah akan mendukung dengan regulasi serta insentif, ” jelas Andika.  

    Namun, respons Andika dinilai Luthfi belum menjawab substansi pertanyaannya. Luthfi mengingatkan bahwa filosofi Jawa tidak semata-mata soal data ekonomi, tetapi tentang nilai-nilai kepemimpinan yang menjaga harmoni sosial dan kemakmuran masyarakat.  

    “Jawa Tengah sudah memiliki Perda Nomor 3 Tahun 2024 tentang Kebudayaan. Filosofi Jawa seperti 'gemah ripah lohjinawi' adalah pedoman yang harus dilestarikan untuk menciptakan suasana aman, menarik investor, dan meratakan pembangunan, ” ujar Luthfi.  

    Duel Filosofi dan Modernisasi 

    Debat ini memperlihatkan benturan dua pendekatan kepemimpinan. Luthfi mengedepankan pelestarian nilai-nilai tradisional sebagai inti kepemimpinan, sementara Andika lebih pragmatis dengan menjadikan budaya sebagai instrumen penggerak ekonomi.  

    Pendekatan manakah yang lebih efektif dalam membangun Jawa Tengah? Perdebatan ini menyisakan pertanyaan besar bagi masyarakat untuk menentukan pilihan mereka di Pilkada mendatang.  

    Editor: JIS Agung  

    Penulis: Abdul Khalim Mahfur

    kota semarang jateng debat pilbup jateng 2024 filosofi jawa moderen budaya kota semarang jateng debat pilbup jateng 2024 filosofi jawa moderen budaya
    Agung widodo

    Agung widodo

    Artikel Sebelumnya

    Inklusi untuk Semua: Duel Strategi Cagub-Cawagub...

    Artikel Berikutnya

    Debat Pilkada Jateng: Strategi Dua Paslon...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hidayat Kampai: Nepo Baby, Privilege yang Jadi Tumpuan Kebijakan Publik?
    Pilkada Tenang, Dandim dan Kapolres Turun Langsung Patroli Malam
    Demokrasi di Balik Jeruji: Rutan Purbalingga Turut Sukseskan Pemilukada 2024
    Hendri Kampai: Bertani Itu Merugi! Jeritan Petani yang Terabaikan
    Pemerintah Indonesia Berhasil Menaikkan Pajak dan Menurunkan Subsidi, Menteri Keuangan Terbaiknya di Mana?

    Ikuti Kami